TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan penjualan 200.000 unit motor listrik sepanjang 2023. Berbagai langkah mereka lakukan untuk mendongkrak penjualan sepeda motor listrik melalui bantuan insentif berupa potongan harga sebesar Rp 7 juta.
Namun berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), dari 2017 sampai 2023, penjualan motor listrik hanya berjumlah 54 ribu unit. Artinya, angka tersebut masih jauh dari yang diharapkan.
Sekretaris Umum AISI, Hari Budianto mengatakan bahwa ada beberapa penyebab yang membuat minat masyarakat terhadap motor listrik masih rendah. Salah satunya, kata dia, terkait keraguan masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.
"(Motor listrik) belum dipercaya masyarakat, karena jangkauannya juga masih terbatas hanya 60-100 km satu kali cas. Waktu charging juga lama dan harganya masih tinggi," kata dia di Jakarta pada Selasa, 16 Januari 2024.
Lebih lanjut Hari menjelaskan bahwa beberapa hal tersebut yang membuat motor listrik masih belum kompetitif di pasar otomotif Indonesia. Maka dari itu, konsumen Tanah Air lebih memilih motor berbasis bahan bakar minyak atau bensin ketimbang sepeda motor listrik.
"Kalau yang ICE (internal combustion engine) kan masih bisa dipakai ke mana saja asal ada pom bensin. Nah kalau yang EV ini harus didukung infrastruktur," ujar Hari.
Namun dia menyebut ada beberapa langkah yang bisa ditempuh pemerintah guna mengatasi masalah motor listrik yang masih sepi peminat. Menurut dia, standardisasi baterai motor listrik bisa menjadi salah satu solusinya.
"Bisa dengan standardisasi baterai, saat ini banyak desain pack baterai di pasar dan membutuhkan waktu untuk konsolidasi," tutup dia.
Pilihan Editor: BYD Hadir di Indonesia, Langsung Rilis 3 Mobil Listrik
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto