AISI: Pembiayaan Kendaraan DP 0 Persen Berisiko Gagal Bayar
Reporter
Bisnis.com
Editor
Wawan Priyanto
Senin, 20 Agustus 2018 16:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) menilai kebijakan tanpa uang muka atau down payment dalam pembelian kendaraan roda dua secara kredit dinilai tidak berkelanjutan.
Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala menilai terdapat risiko gagal bayar jika tidak ada uang muka dalam pembelian sepeda motor secara kredit. Sebab, uang muka mempengaruhi nilai angsuran per bulan yang harus dibayar konsumen.
Kredit macet, kata dia, dapat mengganggu pendanaan atau pembiayaan di masa yang akan datang oleh perusahaan pembiayaan.
“Mungkin bagus di awal, tapi tidak sustainable,” kata Sigit kepada Bisnis, Minggu, 19 Agustus 2018.
Baca: AISI: Dolar Naik Belum Berpengaruh ke Industri Sepeda Motor
Dia menuturkan pihaknya menginginkan kebijakan uang muka yang terjangkau oleh masyarakat dalam membeli kendaraan roda dua secara kredit. Namun, ujar Sigit, kebijakan uang muka tersebut tidak memberatkan industri keuangan.
Menurut dia, sulit memprediksi pertumbuhan penjualan kendaraan roda dua dengan kebijakan tanpa uang muka karena konsumen tetap harus mengeluarkan uang untuk biaya administrasi, asuransi, dan sebagainya. “Harus dilihat angsuran per bulannya jadi berapa,” katanya.
Saat ini, dia menambahkan, komposisi konsumen yang melakukan pembelian secara tunai dan kredit masing-masing sebesar 30 persen dan 70 persen.
Untuk diketahui, AISI mencatat penjualan ke dealer kendaraan roda dua lebih besar 11,19 persen sepanjang enam bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan distribusi pada Januari-Juni 2017.
Distribusi kendaraan roda dua sebanyak 3 juta unit pada Januari-Juni 2018 atau lebih tinggi 302.207 unit dibandingkan dengan distribusi pada periode yang sama tahun lalu, yakni 2,7 juta unit.
Baca: AISI Prediksi Penjualan Sepeda Motor 2018 Naik 3-4 Persen
Peningkatan distribusi kendaraan roda dua pada semester pertama tahun ini tidak terlepas dari peningkatan daya beli masyarakat dari Januari sampai Juni 2018.
Peningkatan daya beli masyarakat selama semester pertama dapat terjadi lantaran sektor formal dan informal mengalami perbaikan pada Januari-Juni 2018, seperti harga komoditas yang stabil, hasil panen yang tidak mundur jauh, serta pembangunan infrastruktur.
Pertumbuhan distribusi sepeda motor diyakini akan mengalami tantangan pada semester kedua tahun ini lantaran terdapat beberapa faktor, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, pelemahan nilai mata uang, dan kenaikan suku bunga.
BISNIS