Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan akibat banjir di jalur selatan Jateng di Desa Kedungpring, Kemranjen, Banyumas, Jateng, Selasa 17 November 2020. Banjir tersebut diakibatkan jebolnya tanggul Kali Gatel setelah hujan deras itu sehingga menyebabkan kendaraan yang melintas di jalur selatan terjebak banjir. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
TEMPO.CO, Jakarta - Hujan deras berhari-hari belakangan ini tidak hanya berpotensi menyebabkan bencana alam. Hujan deras juga menyebabkan genangan air atau banjir yang bisa membuat mobil mogok.
Sering tidak bisa dihindari mobil kebanjiran atau terjebak genangan air. Apakah mobil akan terus melaju atau berhenti?
"Ya, kalau bisa dihindarilah banjir. Lewat jalan lain atau berhenti, menepi. Ongkosnya mahal kalau mobil rusak," kata Ali Sofwan, Kepala Bengkel Cahaya Tasik Motor, Kota Depok, kepada Tempo pada hari ini, Minggu, 7 Februari 2021.
Dia memberikan tips bagaimana menghadapi banjir atau genangan air ketika sedang berkendara.
Menurut Ali, maksimal ketinggian banjir setengah ban mobil masih aman diterabas, mesti pelan-pelan dan hati-hati. Mesin mobil juga mesti tetap hidup ketika menerabas genangan, dan diupayakan tekanan gas tinggi.
Banjir juga menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Mesin mobil juga bisa sangat panas sebab gas ditekan dalam waktu yang lama akibat macet.
Ali Sofwan mengingatkan, jika mobil kebanjiran atau terendam air terlalu tinggi, banyak komponen yang bakal rusak. Dia menyebut komponen automatic, kompresor AC, sampai alternator yang mempengaruhi pengapian.
"Dan banyak lainnya lagi," ucapnya.
Itu sebabnya, dia menyarankan hindari banjir atau genangan air dengan mencari informasi lewat media sosial atau situs berita. Ali berpendapat, lebih baik menghindari potensi masalah daripada terajdi kerusakan mobil.