TEMPO.CO, Yogyakarta - Di jalanan Yogyakarta beberapa tahun terakhir, makin banyak berseliweran sepeda motor yang dimodifikasi menjadi becak penumpang, yang menggerus keberadaan becak-becak kayuh yang menjadi ciri kota itu. Dari fenomena itulah muncul penemuan becak listrik.
Tak jarang sepeda motor yang dimodifikasi menjadi becak itu berjenis mesin dua tak yang dampaknya menimbulkan polusi udara dan suara. Para pengemudi becak motor di Yogya ini berkali-kali mendesak pemerintah dan kepolisian melegalkan keberadaan mereka tapi selalu kandas.
Berangkat dari fenomena tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Piri 1 Yogyakarta, dikoordinasi seorang guru jurusan teknik listrik, Raden Sunarto, 59 tahun, membuat becak listrik bertenaga surya yang mengusung slogan “Anti-Lelet, Anti-BBM, Anti-Polusi”.
“Becak listrik yang kami buat ada 10 unit, kami sewakan murah untuk hotel-hotel di Yogya sebagai moda mengantar tamu,” ujar Raden, saat ditemui SMK Piri 1 Yogyakarta, Senin, 26 Februari 2018.
Baca: Kisah Awal Mula Penemuan Becak Listrik di SMK Piri Yogya
Biaya sewa becak listrik itu hanya Rp 50 ribu per minggu untuk kas SMK Piri 1. Sedangkan bagi pengemudi becak yang tak mangkal di hotel, biaya sewanya Rp 70 ribu per minggu.
Pembuatan becak listrik buatan SMK Piri 1 itu dimulai pada 2012 dan terus dikembangkan hingga saat ini. Sudah ada dua generasi becak listrik yang dihasilkan Raden bersama dengan siswa SMK Piri 1.
Jika becak listrik generasi I lahir pada 2012, generasi II lahir pada 2013. “Salah satu bedanya, generasi II ini kecepatan maksimalnya mampu mencapai 30 kilometer jam, sedangkan generasi I masih 20 kilometer per jam,” ujarnya.
Cara kerja becak listrik buatan SMK Piri 1 Yogyakarta mengandalkan dua tenaga, yakni tenaga manual kayuh dan tenaga sinar matahari yang ditangkap melalui panel surya (solar cell) yang terpampang di atas tudung penumpang.
“Prinsipnya mengurangi energi yang dikeluarkan pengemudi becak sampai 70 persen,” kata Raden.
Becak listrik generasi II yang dikembangkan Raden memiliki energi lebih besar meski prinsip kerjanya sama dengan generasi I.
Prinsip kerja becak listrik ini, ketika cahaya matahari sudah tertangkap melalui panel surya, diolah menjadi tenaga listrik berbentuk DC 12-20 volt, yang kemudian disimpan ke akumulator atau aki.
Becak listrik ini memiliki aki sebanyak empat keping. Masing-masing keping besarnya 12 volt, sehingga total tenaga maksimal pengisian yang terkumpul bisa mencapai 48 volt. Untuk kemampuan aki sendiri masing-masing 26 AH.
Tenaga listrik yang tersimpan di tiap aki ini diolah dengan controller atau alat pengendali listrik, lalu diubah dalam sistem tiga fase (RST) dan dikirim ke bagian motor listrik. Daya motor listrik dari becak listrik generasi I dan II sendiri tetap sama, yakni 350 watt, untuk menggerakkan bodi becak.
Becak listrik generasi I dan II ini sama-sama dilengkapi pedal pengayuh sebagai sumber energi alternatif jika cadangan listrik drop atau menurun.
“Kalau pengemudi becak cerdas, dia akan parkir di tempat terbuka sehingga bisa sambil mengisi tenaga listrik,” kata Raden.
Suyanto, 41 tahun, pengemudi becak yang menyewa becak listrik di SMK Piri 1, mengatakan amat terbantu dengan hadirnya becak listrik itu.
“Saya sekarang bisa narik becak dari Jalan Malioboro sampai Kota Gede (batas timur Kota Yogya) bolak-balik tanpa kecapekan lagi,” ujar Suyanto, yang sudah lima bulan ini menyewa becak di SMK Piri 1.
Dengan becak listrik itu, Suyanto pun menjadi punya pelanggan turis mancanegara yang maunya cepat tapi tidak menimbulkan polusi suara dan udara.
“Ada turis Australia yang setiap hari ini minta diantar pakai becak listrik karena enggak berisik dan polusi,” ucapnya.