TEMPO.CO, Malang - Botol plastik bekas minuman selalu menumpuk di tempat sampah. Menjadi sampah tak berguna dan menyumbang limbah rumah tangga. Total produksi sampah warga Kota Malang mencapai 600 ton per hari. Sebagian merupakan limbah rumah tangga berbahan plastik yang tak bisa diurai.
Di tangan trainer seorang wirausahawan Muhammad Taufiq Shaleh Saguanto botol plastik bekas ini disulap menjadi kerajinan bernilai artistik. Ia telah melatih ribuan anak-anak, pemuda dan orang tua untuk mengolah limbah plastik. Berbekal dua botol, dua potong pipet atau sedotan dan dua sendok plastik diubah menjadi miniatur motor gede.
"Ada 600 ratusan desain yang sudah saya buat," katanya di acara Festival Mbois 4, di kawasan Jalan Kayutangan Kota Malang 9-10 Oktober 2019. Festival ini menghadirkan puluhan industri kreatif di Kota Malang.
Awalnya, kerajinan ini dibuat sebagai media ajar wirausaha tanpa modal atau making money from zero. Wirausahawan sosial atau social entrepreneur ini dilakoni untuk melatih kreativitas anak muda.
Jika Jepang memiliki seni origami dari kertas, kata Taufiq, kita bermodal botol bekas menjadi aneka miniatur. Mulai motor, mobil, pesawat, kereta, dan robot. Di mata Taufiq, botol plastik bekas air minum merupakan raw material atau bahan baku. Kini, dia fokus memberikan pelatihan bisnis maupun pelatihan untuk mengurangi sampah plastik.
Melalui Hot Bottle Recycle Company yang didirikannya ia bermimpi anak Indonesia mempopulerkan seni miniatur dengan botol bekas. Seperti lego, katanya, botol plastik bisa diolah beragam bentuk. “Kotak minum dengan botol plastik hanya digunakan 15 menit, tapi sampahnya bertahan sampai 800 tahun. Sulit terurai,” katanya.
Kini, ia mendirikan lembaga pendidikan dan museum yang mengoleksi hasil kreasinya. Pada festival Mbois akhir pekan lalu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak memberikan apresiasi. Agar aktivitas dan kreatifitas mengolah limbah botol plastik dikembangkan.
"Menarik miniatur ini, tak menyangka berbahan limbah botol plastik," katanya.