TEMPO.CO, Yogyakarta - Seorang remaja belia mencuri perhatian dalam ajang kontes slalom bertajuk Car Meet Up: JogjaCARTa yang digagas Forum Komunikasi Mobil (FKM) di Lapangan Parkir Timur Stadion Maguwoharjo, Sabtu 16 November 2019.
Walau masih duduk di bangku kelas 1 SMP, anak itu amat piawai ngebut sambil ngepot menggunakan mobil drift di lintasan tanpa menyenggol satu pun cone.
Ya, anak itu tak asal injak gas atau ngebut. Ia tampak sangat menguasai teknik slalom mulai dari peragaan zig zag, manuver membentuk angka 8, hingga circle berulang kali hanya dalam sekian detik.
Nama anak itu adalah Muhammad Dafa Dery Pratama, 12 tahun. Siswa kelas 1 SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta itu anggota termuda komunitas slalom Yogyakarta, Jogja Gymkhana Racing Team (JGRT).
Sebuah komunitas yang berfokus pada pembinaan pebalap khusus teknik slalom yang menjadi satu nomor ketrampilan pada ajang balap.
"Awalnya hanya sering diajak main sama papa di Stadion Maguwo nonton orang main slalom. Terus akhirnya tertarik belajar pas kelas 6 SD, tahun 2018," ujar Dafa ditemui Tempo usai beraksi di Stadion Maguwo Sabtu sore 16 November 2019.
Dalam darah peraih juara umum sprint rally kelas pemula yang digelar Ikatan Motor Indonesia (IMI) DIY pertengahan 2018 itu, kebetulan mengalir jiwa balap yang diturunkan dari sang ayah, pereli sprint rally di Sirkuit Tambakrejo, Ade Saputra.
Awal belajar, peraih urutan ke 10 kejuaraan nasional slalom seri 3 di Tegal pada awal 2019 itu tentu saja dengan belajar nyetir mobil seperti orang pada umumnya.
Remaja kelahiran 18 Januari 2007 itu dalam belajar dibimbing langsung pendiri JGRT, Febra Budi Satria. Dafa awalnya diajari bagaimana mengendalikan rem tangan, rem kaki, handling, dan gas.
Setelah lancar dengan sejumlah fungsi dasar mobil, baru remaja yang tinggal di Jalan Imogiri Timur Bantul Yogya itu mulai diajak mengenal teknik teknik slalom. Seperti zigzag dan circle.
Dafa mengungkapkan sangat senang menekuni dunia balap ini karena dukungan penuh sang ayah. "Saya seneng ngesot ngesotnya, kayak mainan hehe," ujar Dafa yang mengidolakan pembalap nasional dari Astra Honda Racing Team (AHRT) Irfan Ardiansyah itu.
Slalom awalnya buat Dafa agak sulit. Karena yang perlu dikuasai kecepatan, kecermatan dan ketepatan saat menarik rem tangan ketika hendak berbelok atau melakukan putaran.
Ia mengakui bagian paling sulit misalnya usai melakukan circle (gerakan lingkaran) lalu hendak mencapai finish ia masih sering melakukan over spin.
Dalam berlatih Dafa juga tak melulu mulus. Sulung dari tiga bersaudara itu pernah sekali kecelakaan saat berlatih awal 2018. Saat itu mobilnya terguling hebat menabrak tanggul. Berutung remaja yang hobi main drum itu tak terluka.
"Prinsipnya berkendara safety, jadi pas ada kejadian (kecelakaan) seperti itu tetap aman," ujarnya.
Meski sudah piawai di lintasan balap, tak berarti Dafa boleh bebas mengendarai mobil dalam kesehariannya. Ia masih belum diizinkan sang ayah mengendarai mobil di jalanan umum karena belum cukup umur untuk mendapatkan surat ijin mengemudi (SIM).
Ade Saputra, Ketua Penyelenggara event Car Meet Up: JogjaCARTa mengungkapkan ajang ini sudah kali keempat diadakan. Ajang tersebut sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan kompetisi bagi komunitas mobil di wilayah DIY.
Ia mengungkap di acara kali ini, konsep sengaja dibuat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Secara keseluruhan ada 62 kategori kontes yang diperlombakan dengan total peserta mencapai 208 mobil. “Tahun ini selain kontes kami juga diadakan slalom dan freestyle motor, ternyata luar biasa sekali antusiasmenya," ujarnya.