TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pemilik kendaraan Hyundai Kona listrik (Kona EV) mengatakan produsen mobil Korea Selatan itu melakukan penarikan atau recall besar-besaran dengan penundaan dan komunikasi yang buruk. Salah satu keluhan datang dari pemiliki asal Seoul.
Pemilik bermarga Kim, tidak memberikan nama lengkapnya dengan alasan kekhawatiran tentang privasi dan potensi reaksi dari Hyundai. Dia mengaku sudah bertanya kepada pusat perbaikan Hyundai mengenai kapan Kona miliknya mendapatkan penggantian baterai, Hyundai hanya mengatakan, perusahaan akan menempatkannya di garis depan.
“Tetapi saya belum menerima tanggal pastinya," kata dia kepada Reuters, Kamis, 25 Maret 2021.
Hyundai mengatakan bulan lalu akan mengganti sistem baterai di sekitar 82.000 kendaraan listrik secara global. Bahkan dengan biaya yang mencapai US$ 900 juta menyusul kebakaran di 15 unit mobil Kona EV.
Namun, Hyundai belum menyampaikan rencana yang jelas kepada pemilik tentang kapan dan bagaimana mereka perbaikan dilakukan.
“Pada saat membeli 2018, hanya ada beberapa pilihan, dan saya memilih Kona. Tapi sekarang ada lebih banyak model mobil listrik. Saya rasa, saya tidak akan menggunakan Hyundai lagi,” kata Kim.
Baca juga: Hyundai Kona EV di Indonesia Aman dari Recall
Diminta menanggapi Reuters mengenai keluhan Kim, Hyundai mengatakan keselamatan pelanggan adalah prioritas utamanya. Hyundai mengatakan penggantian baterai akan tersedia di Korea Selatan mulai minggu depan.
“Kami berusaha untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah ketidaknyamanan pelanggan," katanya, tanpa menjawab pertanyaan mengenai keluhan pemilik tentang penundaan dan kurangnya komunikasi.
Kurangnya kejelasan dari Hyundai juga membuat pemilik Kona beralih ke media sosial untuk mengungkapkan rasa frustrasi mereka. Pada November 2020, 173 pemilik Kona mengajukan gugatan class action, meminta kompensasi 8 juta won (Rp 101,1 juta) masing-masing untuk apa yang mereka sebut sebagai pengurangan nilai kendaraan listrik dan kerugian lainnya.
Lee Hang-koo, penasihat eksekutif di Institut Teknologi Otomotif Korea, mengatakan mungkin ada masalah potensial dengan pasokan baterai. Dan pembuat mobil harus berkomunikasi lebih jelas dengan pemiliknya.
Menurut Lee, Hyundai harus berterus terang kepada konsumennya dan memberi tahu mereka apa yang terjadi.
“Jika Hyundai tertinggal dalam pengembangan mobil listrik, itu akan bermasalah. Dalam hal ini, mereka harus meninjau bagaimana memperlakukan pelanggan mereka.”