TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi mengomentari pernyataan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, yang menyebut bahwa motor listrik konversi lebih diminati motor listrik baru.
"Kalau bilang konversi lebih mahal itu relatif ya, karena motor baru juga ada yang lebih mahal," kata Budi, dikutip dari Tempo.co hari ini, Sabtu, 11 November 2023.
Sebelumnya, Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa masyarakat lebih meminati program konversi motor listrik dibandingkan membeli motor baru. Padahal, biaya konversi motor listrik ini terbilang cukup mahal.
"Apa yang disampaikan pak Rachmat itu mungkin orang sudah punya motor, mau beli motor (baru) tapi masih ada motor (lama), makanya konversi," ucapnya.
Budi menilai bahwa proses konversi motor listrik ini dapat menciptakan efisiensi pengeluaran. "Kalau yang di rumah sudah ada motor, mungkin 3-4 ya menurut saya lebih baik motor yang ada dikonversi saja. Tapi kalau yang belum punya (motor), ya tergantung, mungkin akan beli baru," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan insentif motor listrik konversi dari Rp 7 juta menjadi Rp 10 juta. Sementara untuk insentif motor listrik baru masih tetap Rp 7 juta.
"Rp 10 juta yang diputuskan untuk konversi , mulai sekarang juga jalan. Kalau motor baru sama motor bekas kan mesti lain," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.
DICKY KURNIAWAN | DEFARA DHANYA PARAMITHA
Pilihan Editor: Kata Aismoli Soal Insentif Motor Listrik Konversi Naik Jadi Rp 10 Juta
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto