TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) masih menjadi masalah serius dalam menarik investor asing untuk berinvestasi di sektor kendaraan listrik Indonesia.
Dia juga mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah belum juga menunjukkan kebijakan taktis strategis yang solid dalam hal kesiapan SDM untuk operator di berbagai sub-ekosistem industri kendaraan listrik, mulai dari hulu hingga hilir.
"Ini sudah menjadi masalah serius yang dihadapi beberapa investor terkait EV (electric vehicle) di Indonesia," kata Yannes kepada Tempo pada hari ini, Senin, 20 November 2023.
Yannes meminta agar pemerintah bisa meyakini para pelaku industri kendaraan listrik dunia agar bisa berinvestasi di Indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk mempersiapkan generasi pekerja yang terampil di industri kendaraan listrik.
"Hal ini harus dibuktikan dengan program yang konkret sekarang juga, bukan lagi sekadar janji kampanye calon penguasa berikutnya," ujarnya.
Yannes mengatakan bahwa tenaga kerja di industri manufaktur otomotif konvensional berbeda dengan industri kendaraan listrik. Soal ketersediaan tenaga kerja yang terampil disebut menjadi faktor yang terlewatkan oleh Pemerintah Indonesia.
"Ini yang masih terlewatkan oleh Indonesia adalah soal ketersediaan tenaga kerja terampil dengan biaya yang kompetitif, termasuk enginer dan teknisi. Hal ini tampaknya harus dipercepat oleh Pemerintah Indonesia via Kemendikbud Ristek melalui program terobosan dalam persiapan cepat SDM handal, terutama di level SMK dan D3," tutup Yannes.
YOHANES PASKALIS | DICKY KURNIAWAN
Pilihan Editor: Tesla Tak Kunjung Masuk, VinFast Segera Hadir di Indonesia
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto