TEMPO.CO, Jakarta - Tesla mengungkapkan untuk membatalkan rencana membuat mobil listrik murah, yang telah lama dijanjikan kepada investor atau konsumen.
Awalnya, kendaraan ramah lingkungan harga terjangkau ini akan digunakan oleh pabrikan Amerika Serikat untuk mendorong pertumbuhan, dan bersaing dengan merek China. Demikian, dikatakan tiga sumber yang mengetahui hal tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 8 April 2024.
Sementara itu, Tesla sendiri akan terus mengembangkan robotaksis self-driving, yang dikembangkan dari platform kecil, yang akan digunakan untuk mobil listrik murah Tesla.
Keputusan tersebut merupakan pengabaian tujuan lama Tesla (TSLA.O), CEO Elon Musk sering menggambarkan tujuan utamanya, yakni mobil listrik yang terjangkau untuk masyarakat luas. “Rencana Induk” pertamanya, karena perusahaan tersebut pada tahun 2006 menyerukan pembuatan model-model mewah terlebih dahulu, kemudian menggunakan keuntungannya untuk membiayai “mobil keluarga berbiaya rendah.”
Padahal sebelumnya, Elon Musk telah berulang kali menjanjikan mobil listrik yang akan diproduksi di Texas, pada paruh kedua 2025.
Sedangkan untuk harganya, Tesla saat ini memiliki Model 3 sebagai yang termurah, dengan banderol sekitar US$ 39.000 di Amerika Serikat. Jika mobil listrik murah, rencana awal Tesla bisa terwujud, akan memiliki harga sekitar US$ 25.000.
Keputusan ini terjadi ketika Tesla menghadapi persaingan ketat secara global dari produsen mobil listrik China yang membanjiri pasar dengan mobil-mobil listrik harga serendah 10 ribu dolar AS (sekitar Rp 158 juta).
Rencana untuk robotaxi, yang bisa memakan waktu lebih lama untuk direalisasikan, menghadirkan tantangan teknik yang lebih berat dan lebih banyak risiko regulasi.
Dua sumber mengatakan bahwa mereka mengetahui keputusan Tesla untuk membatalkan Model 2 dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah karyawan, dengan salah satu dari mereka mengatakan bahwa pertemuan itu terjadi pada akhir Februari. "Arahan Elon adalah untuk melakukan semuanya pada robotaxi," kata sumber tersebut.
Sumber ketiga mengonfirmasi pembatalan ini dan mengatakan bahwa rencana baru menyerukan agar robotaxi tetap diproduksi, tetapi dalam volume yang jauh lebih rendah daripada yang diproyeksikan untuk Model 2.
Sumber lain yang mengetahui rencana Tesla, menyatakan optimisme tentang keputusan beralih dari strategi mobil murah ke robotaxi, segmen yang dibayangkan Musk sebagai masa depan mobilitas. Sumber tersebut memperingatkan bahwa rencana produk Tesla dapat berubah lagi berdasarkan kondisi ekonomi.
Mengeruk keuntungan dari kendaraan murah merupakan tantangan bagi produsen mobil mana pun. Namun, penundaan Tesla dalam mengejar mobil yang pernah disebut Musk sebagai mimpinya membuatnya jauh lebih sulit karena sekarang menghadapi lebih banyak persaingan dalam kisaran harga tersebut. Pembatalan proyek mobil terjangkau ini terjadi ketika Tesla dan produsen mobil mapan lainnya terguncang oleh melambatnya pertumbuhan permintaan kendaraan listrik di Amerika Serikat dan Eropa, serta ketatnya persaingan di Tiongkok.
Sementara Tesla menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan Cybertruck yang sangat eksperimental, Musk meluncurkan prototipe truk bersudut berlapis baja tahan karat pada tahun 2019 dan memperkirakan harga awal sekitar $40.000. Kendaraan tersebut akhirnya tiba tahun lalu, tetapi versi truk dengan harga terendah baru akan tersedia pada tahun 2025, dengan harga sekitar $61.000.
Namun, produsen mobil China telah berlari lebih dulu dengan mobil listrik yang terjangkau. Mereka meraih pangsa pasar, mendapatkan skala ekonomi dan menawarkan harga murah konsumen yang sulit ditandingi oleh produsen mobil Barat.
REUTERS | ANTARANEWS
Pilihan editor: Mudik Lebaran Pakai Kendaraan Listrik? Berikut SPKLU yang Tersedia di Tol Trans Jawa