TEMPO.CO, Klaten - Humas Kiat Motor Moch. Isnaini mengatakan, salah satu rencana bisnis (business plan) Mahesa atau mobil perdesaan adalah memasarkan produknya ke pemerintah desa. Seperti diketahui, pemerintah desa selama ini mendapat kucuran dana desa dari pemerintah pusat dengan nominal yang semakin bertambah besar tiap tahunnya.
"Kami berencana menggandeng pemerintah desa untuk bekerja sama. Kalau tiap pemerintah desa beli satu atau dua unit Mahesa saja, tinggal dihitung berapa jumlahnya," kata Isnaini kepada Tempo di Desa Gunung Gajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, pada Kamis, 28 September 2017.
Baca: Begini Cikal Bakal Mobil Pedesaan Mahesa Rintisan Sukiyat
Menurut Isnaini, pemerintah desa bisa memanfaatkan Mahesa sebagai kendaraan operasional bagi para petani di wilayahnya masing-masing. "Karena Mahesa sudah didesain sedemikian rupa sebagai kendaraan multifungsi bagi petani di pedesaan," kata dia.
Mahesa adalah mobil atau kendaraan pedesaan yang pertama kali diinisiasi oleh Sukiyat, pemilik bengkel Kiat Motor Klaten. "Saya bisa buat, tapi tidak bisa menggambar secara detail. Karena saya bukan lulusan teknik otomotif, SMA saja saya tidak lulus. Karena saya otodidak, makanya minta didampingi IOI (Institut Otomotif Indonesia)," kata Sukiyat saat dihubungi Tempo.
Baca: Jokowi Ingin Harga Mobil Desa Kompetitif
Terinspirasi dari grandong, sebutan bagi kendaraan hasil modifikasi mesin pertanian untuk mobil perdesaan, Mahesa dibuat dalam tiga tipe. Yaitu double cabin, pick up, dan kendaraan peralatan pertanian. "Harganya Rp 50 juta, Rp 60 juta, dan Rp 70 juta. Kami akan buat survei dulu ke masyarakat pedesaan, kira-kira tipe mana yang paling disukai," kata Isnaini.
DINDA LEO LISTY