TEMPO.CO, Tokyo - Chief Executif Officer Honda Co Ltd Takahiro Hachigo sudah mengumumkan bahwa perusahaannya akan menjual mobil listrik kompak di Jepang pada 2020 dan di Eropa pada 2019. Ini adalah tantangan bisnis yang besar karena selama ini mereka hanya memasarkan mobil hybrid (tenaga bensin dan baterai listrik) dan mobil konvensional.
“Kami berkomitmen akan memenuhi target bahwa pada 2030 65 persen penjualan mobil Honda datang dari mobil listrik,” katanya di kantor pusat Honda di Aoyama, Jepang, 26 Oktober 2017.
Baca juga: Honda Fit Hybrid Mobil Paling Irit di Jepang
Pada ajang Tokyo Motor Show Honda meluncurkan secara resmi tiga mobil listrik yakni Honda Neuv, Honda Urban EV (electronic vehicle) Concept dan Honda Sport EV Concept. Dari tiga mobil itu yang akan dipasarkan di Jepang dan Eropa adalah Honda Urban EV. Ini mobil komuter yang lega, berdesain retro, dan dashboardnya diganti dengan papan LED.
Lalu negara berkembang seperti Indonesia kapan “kebagian” mobil listrik? Hachigo menegaskan, masalah kesiapan penjualan mobil listrik ini sangat bergantung pada beberapa faktor: adanya infrastruktur pompa pengisian listrik, baterai, dan daya tempuh mobil listrik yang sekarang hanya sekitar 100 kilometer jauh.
Baca juga: Toyota: 4 Syarat Teknologi Mobil Listrik Dibawa ke Indonesia
Soal infrastruktur stasiun pengisian listrik untuk mobil, Indonesia saat ini amat ketinggalan. Di Jepang, saat ini menurut Carscoop, ada 40.000 pompa pengisian listrik mobil, termasuk stasiun pengisian yang mobile sifatnya. Angka itu lebih besar dari stasiun pengisian bahan bakar minyak yang jumlahnya hanya 30.000.
Indonesia bagaimana? Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto menargetkan pada 2025 sebanyak 20 persen dari produksi kendaraan roda empat di negeri ini harus menggunakan tenaga listrik. Untuk mendukung target itu akan dibangun 1.000 unit stasiun pengisian listrik umum (SPLU). Faktanya, sekarang target itu masih jauh panggang dari api.
Soal baterai juga masih menyisakan persoalan. Mobil listrik dengan baterai ini membuat biaya produksi lebih mahal daripada mobi konvensional. Di Jepang dan beberapa negara maju, mobil yang ramah lingkungan diberi insentif pajak. “Sehingga harga mobil listrik atau hybrid bisa hampir sama dengan mobil konvensional,” kata Direktur Pemasaran & Layanan Purna Jual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy.
Negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam dan Pakistan, kata Hachigo, masih butuh waktu yang lama untuk memasarkan mobil listrik. Selain belum ada kesiapan infrastruktur, pasar pun masih menuntut mobil yang dengan harga terjangkau.
“Honda saat ini sedang mengembangkan teknologi agar biaya baterai semakin murah,” kata Hachigo. Honda juga mengajak seluruh industri mobil, industi komponen untuk mengembangkan teknologi mobil listrik. Untuk soal baterai, misalnya, Honda telah merangkul Hitachi untuk membuat baterai yang ukuran kecil dan memiliki daya listrik yang kuat, serta bisa memberi daya tempuh yang jauh.
Sebelum menjual mobil listrik, Honda sudah lebih dulu memasarkan mobil hybrid, yaitu mobil yang menggunakan tenaga bahan bakar minyak dan baterai. Produsen asal Jepang ini telah menjual dua juta mobil hybrid di seluruh dunia. Di Jepang sendiri, sebanyak 30 persen dari total penjualan mobil datang dari mobi hybrid.