TEMPO.CO, Jakarta - Kepala pasukan elit Quds dari Iran, Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam sebuah serangan drone Amerika Serikat pada 3 Januari 2020. Kejadian ini memicu ketegangan di Timur Tengah. Iran bahkan bersumpah akan membalas tindakan Amerika Serikat. Aksi balas dendam sudah dilakukan beberapa hari setelah Soleimani terbunuh.
Amerika Serikat dikenal memiliki teknologi canggih dalam hal persenjataan, termasuk dalam hal mobilitas darat. Iran pun tak kalah karena memiliki jagoan yang bisa digunakan untuk bertempur di darat. Kementerian pertahanan Iran telah meluncurkan serangkaian kendaraan militer yang dibangun di dalam negeri pada pertengahan tahun 2019.
Peluncuran kendaraan perang terbaru ini katanya akan mendiversifikasi persenjataan negara itu setelah empat dekade sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat.
Dikutip dari Iran Front Page, mobil perang itu didesain untuk mampu berjalan di medan berat yang tidak rata (offroad) hingga jalan penuh penghalang buatan manusia yang biasanya berada di area perang.
Kementerian pertahanan Iran mengatakan kendaraan diproduksi seluruhnya oleh para ahli di kementerian.
"Kementerian pertahanan berusaha keras untuk meningkatkan kekuatan militer Republik Islam (Iran) dengan mengandalkan keahlian para insinyurnya," kata Brigadir Jenderal Amir Hatami, Menteri Pertahanan Iran.
“Kami merasa perlu untuk memperkuat mobilitas kami di darat dan karena itu menghasilkan kendaraan militer canggih yang dapat memastikan keselamatan personel kami selama misi mereka.”
Kendaraan taktis lapis baja 'Aras-2' milik Iran. Foto: Iranian Defense Ministry
“Kendaraan lapis baja ini bernama Raad. Pengemudi mobil ini benar-benar aman jika terjadi ledakan, karena produsennya mengatakan itu tahan ranjau dan memiliki sistem perlindungan dari penyergapan,” katanya, menguraikan salah satu keunggulan dari kendaraan yang diproduksi Iran itu.
Aras-2 adalah kendaraan taktis lain yang dibangun oleh kementerian pertahanan. Mobil pengangkut personel militer dengan mobilitas tinggi mampu melewati kanal air dengan kedalaman 1,5 meter, serta rintangan vertikal setinggi setengah meter. Nah, kemampuan ini rasanya tak kalah dibanding Hummer yang selama ini dikenal sebagai kendaraan militer andalan Amerika Serikat di perang teluk.
Menteri pertahanan mengatakan kementerian dapat bertindak membantu industri otomotif Iran dalam penyediaan suku cadang mobil yang ada dalam daftar sanksi AS.
"Mengingat sumber daya manusia dan ilmiah kami di kementerian pertahanan, kami siap untuk mendukung sektor-sektor lain seperti industri otomotif dengan teknologi kami, yang membuat kami tidak perlu bergantung pada pasokan asing," kata dia.
Iran telah berada di bawah embargo senjata selama empat puluh tahun oleh Amerika Serikat.
Sanksi tersebut membuat negara ini mampu membangun industri pertahanannya dengan mengandalkan pengetahuan domestik.
Teheran mengatakan telah menjadi mandiri dalam produksi sebagian besar persenjataan pertahanannya, dari drone ke rudal dan sekarang kendaraan taktis.
Iran sebenarnya cukup maju dalam industri otomotif. Negara ini tercatat memproduksi sebanyak 1.342.000 unit kendaraan pada 2018. Iran juga memiliki kendaraan nasional dengan nama IKCO Samand. Lalu ada Iran Khodro dan Saipa yang mendominasi produksi dan penjualan di negara kaya minyak itu.
Saat ini banyak pabrikan dunia yang bermain di segmen otomotif di Iran. Mulai dari BYD (Cina), Peugeot dan Citroen (Prancis), Volkswagen (Jerman), Nissan, Toyota (Jepang), Kia Motors (Korea), Proton (Malaysia), dan masih banyak lagi.