TEMPO.CO, Jakarta - Benarkah kaca film yang gelap mampu menahan panas dengan baik? Ini seperti mitos, dan faktanya di masyarakat memang demikian. Semakin gelap kaca film yang dipasang di mobil, semakin baik pula dalam menolak panas.
Sayangnya, anggapan tersebut tak semua benar. Head of After Sales Service Div. PT V-KOOL Indo Lestari, Billy Susanto, mengatakan bahwa kaca film untuk mobil kesayangan tidak hanya melihat dari sisi kegelapannya saja, tapi fungsinya untuk mengefisiensi energi atau memberikan kenyamanan pengemudi dan penumpang di dalam kabin.
“Anggapan semakin gelap kaca film maka semakin menolak panas, sejatinya lahir karena ketidaktahuan dalam membedakan antara panas dengan silau,” kata Billy dalam keterangan tertulis, Senin, 1 Maret 2021.
Menurut dia, panas matahari akan dirasakan melalui sengatan perih ke kulit atau timbulnya hawa panas, sementara silau adalah cahaya yang masuk dan diteruskan ke dalam ruang kabin yang tidak membawa energi panas menyengat.
Baca juga: Tips Memilih Kaca Film Mobil yang Tepat
Suhu di kabin mobil listrik, tentu butuh pendinginan lebih cepat untuk mereduksi energi terbuang lebih banyak yang menggerakkan kompresor AC. Untuk mencegah ini, pemilihan kaca film dengan kemampuan penolakan panas lebih baik, tentu sangat berpengaruh.
Sayangnya, fakta yang ada saat ini edukasi yang minim terkait kaca film, membuat banyak orang masih beranggapan makin gelap akan makin tahan panas. Padahal tidak selalu begitu. “Kaca film dengan kadar gelap 20 persen pun, kalau material yang dipakai memang mampu menolak sinar Infra red (IR) dan ultra violet (UV) cukup bagus, bisa tetap tahan panas,” ujar dia.
Salah satu produsen kaca film yang komitmen dengan tingkat kejernihan baik dan kemampuan menolak panas tinggi namun visibilitas bagus, terdapat di semua jajaran kaca film V-Kool yang menggunakan teknologi spectrally selective. Untuk kaca depan bisa digunakan kaca film dengan kejernihan terbaik seperti VK702, dengan tingkat kegelapan 20 persen.
Cahaya yang masuk akan banyak, tapi panas menyengat tidak akan terasa sehingga kabin akan terasa sejuk. Hal ini disebabkan karena VK70 akan meneruskan 70 persen cahaya tampak matahari (VLT) namun menolak 94 persen sinar infra merah penyebab panas.
Untuk kaca samping dan belakang, bisa memakai kaca film lebih gelap. Hal ini untuk sisi keamanan dan juga privasi. Jika Anda menggunakan kaca film dengan tingkat kegelapan 60 persen hingga 80 persen, pandangan dari luar masih terjaga karena dari luar kaca film ini tetap gelap sehingga orang jahat tidak bisa leluasa mengintip isi mobil.
Baca: Pentingnya Kaca Film Mobil di Musim Hujan
Kaca film juga dapat membuat mobil lebih efisien karena sangat efektif menurunkan suhu mobil. "Ya sebenarnya kalau kita pakai kaca film, mobil kita bisa lebih adem atau dingin. Kalau suhu kabin sudah dingin. AC tidak perlu dipasang di posisi dua bahkan tiga, yang membuat kompresor AC terus-menerus bekerja sehingga menguras energi dari baterai,” tutur dia.
Karena dalam mobil lebih sejuk dibandingkan tidak pakai kaca film, maka penggunaan AC pun bisa diminimalisir. Dengan catatan, kalau sudah pakai kaca film dan keadaan kabin lebih adem, AC tidak perlu diset maksimal dinginnya. Kalau AC diset kecil, maka konsumsi bahan bakar pun lebih irit.
"Jadi kita punya AC kan tidak perlu full blast, full maksimal untuk me-maintenance temperatur yang kita nyaman," kata Billy.
Kemampuan V-Kool telah diuji oleh Curtin University Australia yang menyimpulkan bahwa V-Kool bisa menurunkan temperatur kabin 10-12 derajat setelah terparkir di bawah matahari selama 5 jam. Teknologi V-Kool juga telah terbukti meningkatkan efisiensi bahan bakar sebesar 3 persen berkaitan dengan pengurangan beban penyejuk udara.
Kaca film pada mobil listrik
Kaca film pada mobil listrik memiliki fungsi yang sama seperti pada mobil bermesin bensin/solar. Pertanyaannya adalah, sebesar apa efek penggunaan kaca film berkualitas bagus untuk mobil listrik?
Pertanyaan ini tentu menarik untuk dicari tahu jawabannya. Namun jika meninjau konsumsi energi dari sistem pendingin kabin, tentu kembali lagi ke teknologi yang digunakan komponen AC-nya. Jika sama dengan teknologi di mobil konvensional, maka energi yang dikonsumsi juga akan sama.
Mobil listrik dikenal sebagai kendaraan ramah lingkungan tanpa emisi gas buang. Karena penggeraknya merupakan listrik yang disalurkan dari baterai. Beberapa simulasi yang dilakukan tiap pabrikan, jika dihitung rata-rata mobil listrik hanya memerlukan Rp75.000 untuk pengisian listrik yang membuat mobil dapat melaju sejauh 120 kilometer.
Dengan jarak yang sama, untuk mobil konvensional membutuhkan bahan bakar minyak dengan dana empat kali lipat lebih banyak.
Ruang kabin yang sejuk karena kaca film mampu meredam panas tentu membuat AC/kompresor bekerja lebih ringan, konsumsi energi pada mobil listrik juga dapat ditekan.