TEMPO.CO, Jakarta - Harga alumunium di London melonjak ke level tertinggi sesaat setelah Rusia memulai operasi militernya di Ukraina. Kenaikan ini bahkan menjadi yang tertinggi dalam satu dekade lebih.
Melansir laman Automotive News Europe hari ini, Jumat, 25 Februari 2022, tingginya harga alumunium ini berpotensi menyebabkan gangguan pada rantai pasokan dunia, khususnya di bidang otomotif. Pasalnya, sebagain besar bodi dan kabel-kabel mobil terbuat dari bahan alumunium.
Ancaman gangguan pasokan ini akan berdampak bagi sejumlah produsen otomotif di Eropa karena sejumlah besar produk spesialis berasal dari Rusia.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan bahwa Rusia menghadapi sanksi berat setelah Presiden mereka, Vladimir Putin, memerintahkan serangan militer terhadap Ukraina. Sanksi ini kemungkinan akan memengaruhi pasokan alumunium Rusia dan komoditas lainnya.
Harga alumunium melonjak 4,8 persen menjadi USD 3.499 atau sekitar Rp 50,4 juta per ton di London Metal Exchange. Sementara harga nikel melonjak ke level tertinggi sejak 2011. Kenaikan harga ini disebabkan aksi militer yang dapat memicu aksi jual aset berisiko di pasar keuangan.
"Pasar akan memantau apakah ini akan mengganggu pengiriman ingot aluminium Rusia ke Eropa. Setiap gangguan pada ekspor gas alam negara itu juga dapat menghambat produksi aluminium dengan meningkatkan biaya energi di smelter Eropa," kata seorang analis Jinrui Futures, Zhong Mengzheng.
Tidak ada jaminan bahwa situasi di Ukraina atau sanksi yang direncanakan AS dan Eropa, akan memengaruhi harga dan pasokan alumunium atau logam lainnya. Seperti diketahui, Rusia juga merupakan produsen penting nikel, paladium, dan tembaga.
Baca: Mercedes-Benz GLC Night Edition Diharapkan Memimpin Segmen SUV
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.
DICKY KURNIAWAN | AUTOMOTIVE NEWS EUROPE