Cerita Pengguna Kendaraan Listrik
Pengguna kendaraan listrik, I Gusti Ngurah Erlangga Bayu Prananda Putra (31) masih ingat betul ketika dirinya harus mendorong sepeda listriknya di daerah Abiansemal, Kabupaten Badung, karena kehabisan daya. Itu terjadi sekitar tahun 2017 karena ia salah memperkirakan jarak dengan sisa daya baterai kendaraannya.
“Terpaksa harus mencari warung dan minta izin untuk isi ulang daya,” ujarnya.
Ketika mengatakan hendak isi ulang daya kendaraan listrik, pemilik warung sempat kaget dan ragu memberikan izin. Ngurah Angga, sapaan akrabnya, akhirnya menjelaskan bahwa sepeda listrik miliknya hanya menggunakan daya maksimal 3 kWH.
“Apalagi jika baterai rusak. Harganya bisa mencapai setengah harga kendaraan,” ujarnya.
Ngurah Angga yang juga salah satu pendiri Dewata Electric Vehicle Association atau DEVA ini menjelaskan, hampir 80 persen persoalan kendaraan listrik adalah baterai. “Soal legalitasnya juga, apakah masuk motor atau sepeda. Ini saya alami ketika menggunakan sepeda listrik jenis Selis Volt. Polisi bingung ketika ada razia kendaraan,” ujarnya.
Pada 2018, kata dia, beberapa produsen kendaraan listrik telah menyesuaikan spesifikasi kendaraan seperti kecepatan. Sehingga memperjelas kategori antara motor listrik dengan sepeda listrik. “Kondisi di Bali saat ini sudah bagus. Diler sudah bermunculan sehingga masyarakat banyak pilihan. Selain itu, faktor naiknya harga BBM juga mendorong masyarakat mencoba kendaraan listrik,” kata dia.
Lalu pengguna kendaraan listrik lain, I Gusti Ngurah Agung Putradhyana mengatakan dirinya masih menyesuaikan daya baterai dengan jarak tempuh. Saat ini dirinya menggunakan jenis kendaraan listrik merek Selis roda tiga atau New Balis. “Saya mulai sejak 2002. Mereknya saya lupa,” ujarnya.
Sudah menggunakan New Balis selama empat tahun, ia sempat mengalami masalah dengan baterai. Hingga akhirnya dimodifikasi dengan baterai kendaraan listrik model lain. “Ya, saya akal-akali. Berapa teman tidak mau melakukan itu, hingga banyak kendaraan yang mangkrak,” ujarnya.
Adanya pola pengisian daya sekaligus penukaran baterai menurutnya membuat konsumen lebih tenang. Ia mengungkapkan informasi dari beberapa teman yang juga penggiat kendaraan listrik, merek baterai Swap bisa digunakan pada kendaraan selain Smoot. “Tapi ada ketentuan yang berlaku. Peluang makin terbuka untuk kendaraan listrik,” ujarnya.