TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa produksi baterai kendaraan listrik dalam negeri akan dimulai pada 2024. Pada tahap awal, pemerintah menargetkan produksi baterai Lithium yang bisa digunakan untuk 3 juta unit kendaraan listrik.
"Tidak mudah, tapi bukan tidak bisa dicapai. Kalau semua berjalan sesuai rencana, kita bisa jadi negara penghasil baterai kedua di dunia pada 2028," kata Luhut dalam acara webinar Road to G20 bersama Himpuni, Selasa, 25 Oktober 2022.
Lalu di tahun depan, Luhut juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah meminta Hyundai untuk bisa memproduksi 12 ribu mobil listrik. Mengingat saat ini Hyundai sudah memiliki pabrik di Indonesia untuk memproduksi mobil listrik mereka.
"Kami mendorong Hyundai untuk memproduksi 12 ribu mobil di sini tahun depan, jauh lebih besar dari yang kita butuhkan," ucap Luhut.
Untuk diketahui, pabrik baterai di Indonesia akan diinisiasi oleh PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama LG Energy Solution (LGES). Pabrik baterai ini akan dibangun di sejumlah lokasi, yakni Maluku Utara, kawasan industri di Batang, serta kawasan industri di Kalimantan Utara.
Adapun nilai investasi yang telah disepakati antara IBC dan LGES ini sebesar US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 140 triliun. IBC juga telah mengantongi investasi senilai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 214,5 triliun dari dua kemitraan untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air.
Kemitraan pertama terjalin melalui salah satu induk usaha IBC, yakni PT Aneka Tambang Tbk dengan korporasi Cina PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd (CBL). Sementara kemitraan kedua merupakan perjanjian IBC dengan LG Energy Solution.
Baca Juga: Ertiga Hybrid Raih Penghargaan di Marketeers Editor's Choice Award 2022
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto