TEMPO.CO, Jakarta - ECGO EV Moto tak ingin menunggu lebih lama pemberlakukan insentif kendaraan listrik sebesar Rp 7 juta untuk pembelian sepeda motor listrik. Pada Jumat, 3 Februari 2023, ECGO EV Moto mengumumkan bahwa perusahaan akan memberikan subsidi motor listrik sebesar Rp 70 miliar pada 10.000 pelanggan pertamanya.
COO dan Co-Founder ECGO EV Moto Gary Prawira mengatakan bahwa saat ini ketertarikan masyarakat untuk beralih ke motor listrik cukup tinggi, tetapi banyak yang masih ragu karena menunggu subsidi pemerintah untuk direalisasikan.
"Sebetulnya setelah subsidi diumumkan pun kita masih belum tahu seperti apa persyaratannya. Subsidi dari ECGO diharapkan dapat membantu percepat masyarakat untuk beralih dari motor konvensional ke motor listrik," kata Gary.
Berbarengan dengan pernyataan tersebut, ECGO EV Moto meluncurkan 2 produk baru yakni ECGO 3 dan ECGO 5. Dengan subsidi ECGO dan berlangganan baterai, kini harga motor listrik ECGO 5 menjadi Rp 9.100.000 dan ECGO 3 Rp 12.700.000.
Selain dari subsidi Rp 7 juta per unit motor listrik, ECGO EV Moto telah membangun sebuah ekosistem yang diharapkan dapat mendukung masyarakat lebih lagi untuk beralih ke motor listrik. Pertama, konsumen punya pilihan untuk membeli motor listrik dengan sistem langganan baterai (subscription) daripada beli putus.
Konsumen juga dapat menukar motor lamanya (trade-in) dan nilai jualnya dapat digunakan sebagai uang muka atau dijadikan sebagian dari jumlah pembayaran. ECGO EV Moto juga menggandeng beberapa mitra lembaga pembiayaan kendaraan untuk menyediakan program cicilan dan memberi kemudahan pada konsumen yang ingin memiliki motor listrik.
Ditambah lagi dengan pasar motor listrik di Indonesia yang saat ini didominasi oleh inovasi swap baterai, pihak dari ECGO EV Moto percaya bahwa perusahaan memiliki keunggulan dengan motor listriknya yang memakai sistem cas di mana saja, kapanpun saja.
Model pengecasan motor listrik ECGO tidak bergantung dengan ketersediaan swap station yang membutuhkan dana besar dan waktu yang lama untuk ekspansi. Pembangunan swap station dikatakan membutuhkan setidaknya 2 sampai 3 tahun untuk memperluas jaringannya di kota-kota besar, sedangkan ECGO menggunakan infrastruktur yang sudah ada sehingga dapat berkembang secara pesat dalam waktu yang singkat.
Baca juga: Charged Indonesia Dukung Rencana Insentif Motor Listrik