TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) menjadi daya tarik bagi produsen otomotif di tengah mahalnya komponen baterai pada mobil listrik. Penggunaan baterai LFP ini juga disebut bisa mengurangi penggunaan bahan baku nikel dan kobalt untuk baterai.
Di global, dua produsen mobil terbesar di dunia, Toyota dan Hyundai telah mengumumkan rencananya untuk menggunakan baterai LFP pada kendaraan masa depannya. Baterai jenis ini pertama kali digunakan oleh raksasa produsen EV asal Amerika Serikat, Tesla.
Baca juga:
"LFP lebih murah daripada kobalt dan nikel, dan semua mineral dapat diperoleh di Amerika Utara, yang berarti biaya produksi yang jauh lebih rendah dan rantai pasokan yang lebih aman," kata profesor di Binghamton University New York Stanley Whittingham, dikutip dari laman Reuters hari ini, Minggu, 25 Juni 2023.
Penambahan mangan, bahan pokok dalam sel baterai, telah memungkinkan sel lithium iron phosphate untuk menyimppan lebih banyak energi daripada sebelumnya. Toyota mengklaim baterai ini bisa memberi daya tempuh mobil listrik hingga 724 kilometer dalam sekali pengisian daya.
Our Next Energy yang berbasis di Michigan sedang membangun kompleks manufaktur baterai senilai $ 1,6 miliar di Van Buren Township. Fasilitas manufaktur ini merupakan pabrik untuk memproduksi baterai LFP.
"(Baterai LFP) bahannya lebih melimpah dan berkelanjutan, dengan risiko yang jauh lebih kecil. Kami juga telah menunjukkan bahwa Anda dapat menandingi rentang sel kobalt tanpa kompromi," kata kepala eksekutif Our Next Energy, Mujeeb Ijaz.
Tesla merupakan salah satu produsen mobil yang memimpin pasar EV di pasar luar Cina berkat harga mobil listriknya yang terjangkau. Hal itu bisa dicapai berkat penggunaan baterai LFP pada mobil listrik Tesla.
DICKY KURNIAWAN | REUTERS
Pilihan Editor: Hyundai Mulai Bangun Pabrik Baterai di Cikarang, Harga Ioniq 5 Bisa Turun
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto