TEMPO.CO, Jakarta - Kekurangan teknisi dan bengkel independen yang memenuhi syarat untuk memperbaiki kendaraan listrik dilaporkan terjadi di beberapa negara. Situasi ini diklaim dapat mengancam peningkatan biaya perbaikan dan garansi bagi pengguna mobil listrik atau motor listrik.
Organisasi pelatihan teknisi, penyedia garansi, dan bengkel mengatakan bahwa bengkel independen akan sangat penting untuk membuat kendaraan listrik menjadi terjangkau. Karena, menurut mereka, harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan dealer waralaba.
Namun saat ini banyak pemilik bengkel menolak keras biaya pelatihan dan peralatan untuk memperbaiki kendaraan listrik. Peralatan kendaraan listrik sendiri memiliki tegangan yang tinggi, yakni 400-800 volt.
Dengan tegangan listrik sebesar itu, diklaim dapat menyetrum dan mebunuh teknisi yang tidak waspada atau tidak terlatih dalam hitungan detik. Risiko sengatan listrik dan kebakaran kendaraan listrik harus ditanggapi serius oleh setiap bengkel.
Salah seorang pemilik bengkel independen di Milan, Italia, Roberto Petrilli (60) menolak mengeluarkan 30 ribu euro (Rp 493 juta) untuk peralatan khusus kendaraan listrik. Karena saat ini di Italia penjualan kendaraan listrik masih rendah dan jaringan pengisian dayanya masih minim.
“Saya tujuh tahun lagi menuju masa pensiun dan menurut saya (harga) itu tidak sepadan,” kata Roberto Petrilli seperti dikutip Tempo.co dari Reuters hari ini, Rabu, 6 September 2023.
Sementara itu, CEO Siemens Foundation Daivid Etzwiler mengatakan bahwa kurangnya teknisi terlatih dikhawatirkan dapat memperlambat percepatan kendaraan listrik. Pihaknya pun berencana untuk mendanai pelatihan dan pendidikan tenaga kerja demi mengatasi kebutuhan kendaraan listrik.
Pilihan Editor: Ai Ogura Akan Tinggalkan Honda, Mario Aji Promosi ke Moto2?
REUTERS
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto