TEMPO.CO, Yogyakarta - Tidak ada yang menyangka sosok Rukiyati, 21 tahun, adalah seorang sopir truk yang biasa membelah hutan Sumatera bersama truknya sambil membawa hasil bumi dan aneka sembako. Dandanan Rukiyati lebih mirip anak baru gede atau ABG. Dengan celana jin pensil, bibir berlipstik tipis, dan rambut tergerai sebahu, ibu satu anak itu mengelabui orang tentang profesinya yang selama ini didominasi kaum pria.
Baca: Kisah Ibu Jadi Sopir Truk Antarkota Demi Menghidupi 8 Anak
"Aku sudah dua tahun ini nyetir truk karena bapak sering sakit, tak ada yang antar ibu ke pasar kalau bukan aku," ujar Rukiyati saat ditemui Tempo di sela pawai pembuka event Jogja Truck Festival di Yogyakarta, Jumat, 7 September 2018.
Sulung dari dua bersaudara perempuan ini mengaku awalnya terpaksa menjadi sopir truk karena kondisi keluarga membutuhkan tenaganya. Ia telah bercerai. Sedangkan ayahnya sakit-sakitan, sehingga sumber ekonomi keluarga dari berdagang terganggu.
Daripada mencari tenaga untuk mengantar ibunya membawa dagangan ke pasar yang ongkosnya mahal, Rukiyati rela turun tangan mengemudikan truk. "Saya belajar nyetir dari kenalan ayah. Langsung praktek mengantar dagangan ke pasar setiap pukul 01.00," ujar ibu dari anak usia 4 tahun itu.
Jarak rumah Rukiyati ke pasar sekitar 5 kilometer. Ia tinggal di Desa Pancur Pungah, Kecamatan Muara Dua, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan. Letak pasarnya di Kisam Tinggi yang melewati hutan. Berangkat dinihari, Rukiyati biasa kembali ke rumah sore hari.
Baca: Gaharnya Truk Modifikasi dari Lukisan 3D hingga Ada Minibarnya
Truk Rukiyati beberapa kali mogok di jalan. Mulai dari pecah ban, sil bocor, sampai pecah laher. "Kalau pecah ban saya masih bisa tangani, tapi kalau pecah laher saya harus jalan kaki minta bantuan orang desa, meskipun jauh, syukurlah selalu dibantu," ujarnya.
Selanjutnya: Rukiyati sering kali bertemu preman dengan senjata clurit