TEMPO.CO, Karawang - PT Honda Prospect Motor (HPM) baru memulai aktifitas ekspornya lagi setelah puasa selama lima tahun. Terakhir HPM melakukan ekspor Honda Freed pada 2014 yang sudah berjalan selama lima tahun. Lantas apa alasannya Honda?
Direktur Pemasaran dan Layanan Purnajual HPM, Jonfis Fandi, mengatakan alasan HPM tidak melanjutkan ekspor Freed karena memang saat itu sudah tidak memungkinkan meneruskan pengiriman Freed ke pasar luar negeri.
Baca: Honda Rayakan Produksi Perdana Brio Terbaru untuk Pasar Ekspor
"Ya kita kan stop produksi dari tahun 2014, jadi otomatis ekspornya juga tidak ada.
Kita replace dengan model baru. Thailand juga kan ganti model baru waktu itu," ujarnya kepada di Karawang, Selasa 26 Maret 2019.
Terutama karena pada saat itu Freed sudah kalah pamor dengan model baru Honda lainnya dari segi penjualan pasar domestik, sehingga untuk ekspor pun otmatis dirasa HPM tidak menguntungkan.
"Kami punya rencana, kalau Freed ini kan jualannya 500 sampai 900 unit perbulan, ini di Indonesia waktu itu. Kalau kita ingin ganti Mobilio, BR-V, plus HR-V. Harganya kan dari Rp 150 juta sampai Rp 300 jutaan. Ini satu jualannya 1.000, satunya 10.000," tutur Jonfis.
Jadi dengan demikian mau tidak mau mempengaruhi ongkos produksi. Sehingga otomatis jika dipaksakan bukan hanya HPM-nya, namun juga berdampak pada konsumen. "Jadi secara cost tidak menguntungkan. Secara konsumen juga akan kecewa karwna unitnya kecil, cost mahal," ujarnya.
Simak: Test Drive Honda Brio: Jakarta-Bogor 30,1 Kilometer per Liter
Di Jepang sendiri, Freed baru itu harganya naik jauh. Hampir Rp 400 juta. Jadi kita berpikir dahulu, tidak mungkin di Indonesia dilakukan itu. Mendingan kita pilih 3 model baru itu dong (BR-V, Mobilio, HR-V). Dan itu sudah terbukti bahwa penjualan kita loncat. "Ya termasuk ekspor," papar Jonfis.
HPM baru akan memulai kembali pengiriman produk lokalnya yakni Honda Brio terbaru. Hari ini HPM melakukan seremoni produksi perdananya untuk dikirim ke pasar Filipina dann Vietnam.