TEMPO.CO, Jakarta - Mobil zaman sekarang mengandalkan perangkat elektronik yang bisa rusak saat kena air atau banjir. Selain ECU, komponen kelistrikan yang canggih juga bisa menyulitkan dan kerumitan tersendiri dalam proses perbaikannya. Perangkat ECU berfungsi mengkontrol injeksi bahan bakar, mengontrol waktu pengapian dan mengontrol waktu katup.
Pemilik bengkel Engine Block Autoworks (EBA) dan kepala mekanik tim Pertamax Turbo GRT Racing, Hadi Taruna, mengatakan mobil yang menggunakan fitur canggih membutuhkan waktu perbaikan lebih lama dengan ongkos reparasi yang lebih mahal, bahkan bisa puluhan juta rupiah.
"Kalau banjir kayak kemarin itu, mobil canggih kayak mobil Eropa, BMW, Mercedes, Peugeot atau mobil Jepang kayak Lexus, pokoknya mobil mewah itu sudah pasti banyak yang bermasalah dan membutuhkan waktu pengerjaan lama, karena sudah terendam dan bercampur lumpur pastinya," kata Hadi Taruna kepada ANTARA, Rabu 8 Januari 2020.
Pria yang akrab disapa Hatar itu mengatakan, cara penanganan mobil era 1990-an dan keluaran sekarang berbeda, terutama saat menangani komponen ECU. "Kalau banjir sih, untuk pengerjaan mekanis sudah bisa ditebak. Cuma kalau elektronik itu lama tuh kalau harus diganti itu, sudah pasti banyak tuh mulai dari ECU, box sikring, harnes. Aduh banyak deh kalau mobil sekarang," ujar dia.
"Kalau mobil zaman dulu lebih simpel," tambah dia
Harga ECU untuk satu unit mobil Eropa mencapai puluhan juta rupiah, dengan waktu reparasi yang tidak sebentar. "Tergantung dari mobil juga yah, kalau yang sudah full elektronik itu bisa sampai ratusan juta, kita ambil contoh harga ECU dari salah satu mobil mewah (Eropa) bisa sampai Rp60-70 juta itu baru satu item, belum yang lain," kata dia
"Yang lama itu reparasi elektronik agar bisa berfungsi lagi. Misal contoh lain dari AC, panel AC mobil sekarang kan menggunakan modul semua, enggak ada yang mekanis kan kalau mobil-mobil sekarang," ucap dia.
ANTARA