TEMPO.CO, Jakarta - Pabrikan otomotif asal Jerman, BMW, memenuhi seperlima kebutuhan bahan baku baterai mobil listrik dari Maroko.
Pasokan diperoleh melalui kontrak baru-baru ini dengan perusahaan tambang Managem Group. Upaya ini bagian dari ekspansinya dalam pengembangan kendaraan listrik.
"Kontrak ini memiliki volume sekitar 100 juta Euro (sekitar Rp 1,6 triliun)," kata Andreas Wendt, anggota Dewan Manajemen BMW AG yang mengurusi pembelian dan jaringan pemasok, seperti dikutip Antara hari ini, Rabu, 15 Juli 2020.
Perusahaan tambang Maroko, Managem Group, memasok kobalt, bahan baku utama untuk memproduksi sel baterai.
Melalui kontak lima tahun 2020 hingga 2025, BMW memenuhi sekitar seperlima dari seluruh kebutuhan kobalt untuk memproduksi baterai mobil listrik.
Adapun sisanya dipenuhi dari Australia.
"Dengan menandatangani kontrak pasokan ini dengan Managem, kami mengamankan kebutuhan bahan baku kami untuk sel baterai," kata Wendt.
Menurut dia, BMW menargetkan menghasilkan 25 model kendaraan atau mobil listrik pada 2023. Maka kebutuhan kobalt akan naik tiga kali lipat pada 2025.
BMW mulai tahun ini akan mendapatkan pasokan lithium serta kobalt langsung dari sumbernya. Bahan baku itu kemudian disalurkan ke produsen sel baterai CATL dan Samsung SDI.
BMW Group telah memproduksi baterai sendiri di pabrik Dingolfing (Jerman), Spartanburg (AS), dan BBA di Shenyang (Cina).
Mulai 2021, BMW akan berhenti menggunakan earth rare (mineral bumi langka) sebagai bahan baku untuk motor penggerak mobil listrik generasi ke-5.
"Ini berarti kami tidak lagi tergantung pada ketersediaan (earth rare)," ucap Wendt.