TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan pihaknya sudah melakukan invetigasi kecelakaan bus karena sistem kelistrikan selama tiga tahun. Hasilnya, dia menermukan hal yang mengejutkan.
“Sejak tahun 2017 kami investigasi. Kami review beberapa kecelakaan bus karena sistem kelistrikan. Saya terkejut, banyak yang amburadul, karoseri dan perawatannya kurang baik,” ujar dia dalam acara virtual, Kamis, 18 Maret 2021.
KNKT juga sudah mendatangi perusahaan karoseri bus yang diinvetigasi, dan memberikan humbauan untuk dilakukan perbaikan. Termasuk hal kecil seperti pergantian kabel juga harus menggunakan yang sudah terstandar.
Soerjanto juga meminta kepada ATPM agar setiap pengiriman bus harus disertai sistem kelistrikan yang benar. Dan sudah terpasang dengan kabel yang tersusun atau sistem wairing diagramnya.
“Kami minta di setiap bundel kabel harus ada yang belum terpakai, dan di dalam sekring agar penyambungan listrknya benar,” kata Soerjanto.
Baca juga: 2 Kecelakaan Bus di Sumedang dan Sumsel, Ini Kritik Pengamat
Selain itu, dia juga menggambarkan bahwa pada bus yang diinvestigasi ruang baterai dan aki banyak yang kropos. Dia meminta agar karoseri mendesain kotak khusus yang tahan karat.
Menurut Soerjanto, masalah keselamatan transportasi ini banyak diandalkan oleh para wisatawan. Belajar dari kasus dua turis Perancis yang meninggal karena menggunakan speedboat di Bali yang meledak, kata dia, yang membuat Pemerintah Perancis melarang warganya tidak menggunakannya lagi saat berlibur ke Indonesia.
“Bayangkan kalau kecelakaan bus isinya wisatawan asing. Ini kan membuat citra negara kita buruk,” katanya.
Sementara, Investigator senior KNKT Achmad Wildan menerangkan, pihaknya sudah melakukan investigasi 7 bus yang terbakar. Menurutnya, kecelakaan bus bisa terjadi karena perilaku manusia, kondisi alam, tapi juga ada instalasi kelistrikan yang terganggu.
Dia menemukan beberapa masalah besar, seperti adanya tiga wairing diagram yang berbeda antara dari ATPM, karoseri, dan AC. “Baterainya memang sama, tapi memiliki jaringan masing-masing, jenisnya lain. Jadi tidak nyambung,” tutur Wildan.
Menurut Wildan, hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi semua stakeholder terkait dengan masalah tersebut. “Agar semua jenis wairing diagram bisa mengikuti dari ATPM. Ini menjadi masalah kita bersama agar kecelakaan bus dan lainnya bisa diminimalisasi,” ujar dia.