TEMPO.CO, Jakarta - Mazda Motor Corp menjelaskan bahwa pihaknya memperkirakan krisis chip semikonduktor akan mempengaruhi sekitar 100 ribu mobil selama tahun 2021.
Demi mengatasi masalah tersebut, Mazda akan secara penuh memanfatkn inventaris yang tersedia. Dengan begitu, hanya ada 70 ribu mobil saja yang terkena dampaknya.
Bergesernya dunia selama pandemi Covid-19 ini membuat permintaan public akan barang elektronik, seperti laptop dan handphone, meningkat. Situasi ini dinilai dapat memperburuk krisi chip semikonduktor global.
Menurut kosultan AlixPartners, masalah ini membuat perusahaan mobil diprediksi bakal kehilangan keuntungan hingga 110 miliar dollar AS (Rp2,2 kuadriliun).
AlixPartners telah memperkirakan bahwa krisis chip semikonduktor ini akan menghantam produksi 3,9 juta kendaraan.
“Krisis chip telah mendorong kebutuhan pabrik mobil untuk menjadi proaktif, da menciptakan ketahanan rantai pasikan jangka panjang untuk menghindari gangguan di masa depan,” kara perusahaan.
Situasi ini akhirnya membuat para produsen mobil ternama dunia mulai melakukan pendekatan langsung dengan pemasok logam mulia.
“Produsen monil sekarang sedang mengembangkan hubungan langsung dengan pembuat semikonduktor,” kata CO-Leader AlixPartners, Mark Wakefield.
Chip semikonduktor sendiri memang sangat penting bagi mobil. Mengingat, benda itu bisa memanajemen mesin komputer untuk menghemat bahan bakar hingga menawarkan fitur spesial.
Baca: Digugat Usai Merusak Mobil Nasabah, Pegadaian Mangkir dari Sidang
REUTERS