TEMPO.CO, Jakarta - SsangYong Motor melego pabrik mobil di Pyeongtaek, Korsel, untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.
Produsen mobil Korsel anak usaha produsen mobil India, Mahindra & Mahindra, tersebut tengah terlilit utang sebesar sekitar 60 miliar won (54,44 juta dolar AS).
Sebelumnya, Mahindra gagal menjual 75 persen saham miliknya di SsangYong.
SsangYong Motor tidak mampu membayar utang sejak jatuh tempo pada 14 Desember 2020. Sedangkan Mahindra & Mahindra memegang 74,65 persen saham di SsangYong.
Rincian utang yang menjerat SsangYong sebesar 30 miliar won kepada kepada Bank of America, 20 miliar won kepada JPMorgan Chase & Co dan 10 miliar won kepada BNP Paribas.
Mengutip dari Antara hari ini, pada Minggu, 11 Juli 2021, Pemerintah Kota Pyeongtaek yang berjarak 70 km dari Seoul, telah menandatangani nota kesepahaman dengan manajer SsangYong.
Manajer tersebut ditunjuk pengadilan dan serikat pekerja untuk menjual pabrik seluas 850.000 meter persegi tersebut seharga 786 juta dolar AS atau sekitar Rp 11,4 triliun.
Menurut SsangYong, hasil penjualan pabrik mobil yang didirikan pada 1979 itu akan digunakan antara lain untuk membangun pabrik mobil listrik dan swakemudi. Produk baru itu dinilai akan lebih mendukung pemulihan bisnis, misalnya manufaktur mobil listrik dan mobil swakemudi.
"Kami akan secara aktif mendukung SsangYong Motor untuk tumbuh menjadi perusahaan global yang berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal," kata Wali Kota Pyeongtaek, Korsel, Jung Jang-seon.