TEMPO.CO, Jakarta - Italia bersama Uni Eropa tengah membahas nasib produsen supercar menjelang rencana penghentian produksi mobil mesin bensin (combution) pada 2035. Maklum, Ferrari NV dan Lamborghini SpA berasal dari Italia.
Menurut seorang menteri Italia yang dikutip Hindustan Times dari Bloomberg, Pemerintah Italia sepenuhnya mendukung komitmen Eropa untuk mengurangi emisi dengan menghapus mesin bensin secara bertahap. Tapi ada ceruk untuk produsen yang hanya membuat mobil sport atau supercar sehingga mesti ada aturan tersendiri.
Para produsen itu membuat mobil dengan jumlah jauh lebih sedikit ketimbang produsen raksasa dunia. Menteri Transisi Ekologi Italia Roberto Cingolani mengungkapkannya dalam wawancara dengan Bloomberg TV di Forum Ambrosetti di Cernobbio, Italia.
"Salah satu langkah penting adalah Italia menjadi otonom dalam memproduksi baterai berkinerja tinggi dan itulah sebabnya kami sekarang meluncurkan program giga-factory di Italia. fasilitas produksi skala besar untuk baterai," ucapnya seperti dikutip dari Hindustan Times hari ini, Senin, 6 September 2021.
Komisi Eropa pada Juli lalu mengumumkan rencana menghentikan penjualan mobil bermesin pembakaran baru pada 2035 sebagai bagian dari upaya Eropa mengurangi emisi yang berkontribusi terhadap pemanasan global.
Pembuat mobil mewah memproduksi mobil dengan mesin bertenaga yang mengeluarkan tingkat polusi di atas rata-rata. Tapi mereka jumlah penjualannya jauh lebih rendah.
Cingolani, mantan Direktur Non Eksekutif Ferrari, mengatakan kepada Bloomberg bahwa Ferrari menjual sekitar 9.100 mobil supercar pada 2020, Sedangkan Lamborghini sekitar 7.400.
JOBPIE | HINDUSTAN TIMES | BLOOMBERG
Baca: Lamborghini Bertarung di Mobil Listrik, Investasi Fantastis demi Produk Unggulan