TEMPO.CO, Jakarta - Produsen mobil Jepang Nissan meraih laba bersih 215,5 miliar yen pada tahun buku 2021 setelah tahun sebelumnya menderita kerugian bersih hingga 448,7 miliar yen.
Tahun fiskal 2021 sangat menantang sebab dipengaruhi faktor eksternal, seperti penyebaran virus Corona yang berkepanjangan, kekurangan pasokan semikonduktor, dan harga bahan baku yang tinggi.
"Terlepas dari tantangan ini, Nissan terus membuat kemajuan yang mantap dengan rencana transformasi Nissan NEXT dengan memperkuat fondasi bisnisnya, meningkatkan kualitas penjualan, dan menghadirkan model-model baru ke pasar," kata Nissan dalam pernyataan resminya, dikutip hari ini, Sabtu, 14 Mei 2022.
Peningkatan kualitas penjualan mobil secara global didukung kondisi pasar yang menguntungkan di AS menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam pendapatan bersih per unit model-model baru. Penjualan mobil Nissan itu berkontribusi pada peningkatan profitabilitas 2021.
Selama 2021, Nissan meraih pendapatan bersih konsolidasi 8,42 triliun yen. Laba operasional 247,3 miliar yen dengan margin operasi 2,9 persen dan laba bersih 215,5 miliar yen.
Adapun arus kas bebas untuk bisnis otomotif negatif 294,7 miliar yen, sedangkan kas bersih otomotif 728 miliar yen.
Maka Nissan berencana membayar dividen akhir tahun sebesar 5 yen per saham untuk tahun fiskal 2021. Untuk tahun 2022, Nissan memperkirakan lingkungan pasar akan lebih parah daripada 2021.
Kondisi tersebut dipicu kekurangan pasokan semikonduktor, harga bahan baku, biaya logistik yang lebih tinggi, krisis di Ukraina, serta dampak lockdown terhadap pasokan suku cadang di Cina.
Nissan ingin mempertahankan laba operasi pada tingkat yang sama dengan 2021. Nissan mengharapkan pada 2022 bisa membukukan pendapatan 10 triliun yen, laba operasi 250 miliar yen, dan laba bersih 150 miliar yen.
Baca: Nissan Indonesia Stop Produksi, Model Baru Diimpor dari 2 Negara
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.