TEMPO.CO, Jakarta - Inisiator Mahesa Nusantara, Sukiyat, optimistis bahwa kendaraan pedesaan yang digagasnya bersama Institut Otomotif Indonesia (IOI) dapat diproduksi pada tahun ini.
“Insya Allah Agustus sudah mulai produksi secara half assembly alias tidak dirakit seluruhnya. Istilahnya seperti njahitke (menjahitkan baju),” kata Sukiyat saat ditemui Tempo di bengkel Kiat Motor miliknya di Jalan Solo - Jogja, Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, pada Selasa, 2 Januari 2018.
Baca: Menteri Airlangga Minta Produsen Mobil Desa Siapkan Aftersales
Sukiyat mengatakan, seluruh komponen Mahesa Nusantara dikerjakan secara keroyokan oleh sejumlah Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia. Adapun proses perakitannya, sampai tahap 70 - 75 persen, akan dikerjakan di tempat tertentu, bisa di suatu pabrik atau di Kiat Motor. Sedangkan untuk melengkapi kekurangan perakitannya akan dikerjakan di sejumlah IKM.
Sukiyat menganalogikan perakitan Mahesa ibarat membuat baju. “Di mana menjahitnya masih dipikirkan. Bahan bakunya dari kami, sudah dipotongi, tinggal dijahit. Jadi tidak bikin pabrik baru dulu, tidak diproduksi di satu tempat terus langsung jadi,” kata Sukiyat.
Pada 27 September 2017, Sukiyat mengatakan pihaknya telah menyiapkan lahan seluas 4.500 meter persegi di bekas bengkelnya di Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten, untuk tempat produksi Mahesa. Saat itu dia juga menyebut sejumlah lokasi lain yang rencananya akan disewa untuk menampung seluruh IKM yang memproduksi komponen Mahesa.
Baca: Produksi Mahesa, Sukiyat Rekrut Bekas Pegawai Pabrik Mobil Jepang
Namun, wacana membangun pabrik Mahesa Nusantara tersebut akhirnya diundur dengan alasan tenggat waktu yang sudah mepet. “Satu tahun buat pondasi pabrik saja nggak cukup. Sambil jalan, selama satu - dua tahun njahitke (merakit Mahesa di suatu pabrik), kami siapkan pabriknya,” kata Sukiyat.