TEMPO.CO, Jakarta - Pasar motor adventure kini semakin menjanjikan. Hal ini terbukti dengan turunnya penguasa pasar sepeda motor Indonesia, Honda yang semula hanya digarap Kawasaki dengan model Versys. Tak hanya produsen asal Jepang yang menikmati pasar segmen hobi ini namun juga produsen motor Eropa seperti Royal Enfield Himalayan dan BMW G310 GS yang meniru model kakaknya yang melegenda R 1200 GS.
Dengan banyaknya pemain yang bermain padahal pasar motor adventur sempit maka beberapa produsen berusaha menonjolkan kelebihan produknya. Salah satunya Royal Enfield yang pekan lalu membuktikan bahwa Himalayan tak hanya jago di medan jalanan aspal namun juga medan lumpur layaknya motor offroad. Produsen yang kini menggunakan basis India sebagai produksi motornya ini mempersilakan jurnalis dan komunitas untuk menjajal motor dalam Royal Enfield Himalayan Demo Day di sirkuit Patrac BSD, Pondok Aren, Tangerang Selatan pada dua pekan lalu. "Kami ingin mengajak mereka yang ingin membuktikan kemampuan motor Royal Enfield Himalayan dalam menaklukkan berbagai medan off road di lintasan menantang,” kata Irvino Edwardly, Country Manager Royal Enfield Indonesia.
Baca: Himalayan ABS Meluncur di India, Ini Kata Royal Enfield Indonesia
Royal Enfield memiliki bodi agak tinggi, bagi pengendara dengan tinggi badan 160 sentimeter sedikit menyulitkan karena harus jinjit balet maklum ketinggian jok dengan tanah mencapai 800 milimeter bandingkan dengan sebagian motor Jepang masih di kisaran 700-an milimeter. Ditambah lagi motor ini cukup berat dengan kapasitas kosong mencapai 191 kilogram. Adapun ground clearance Himalayan 220 mm mampu mengatasi medan offroad, menjelajahi sungai hingga lintasan terjal.
Kondisi ini akan berubah setelah motor ini berjalan karena memberikan kenyamanan dalam berkendara. Posisi stang tinggi, jok yang empuk dan footpeg yang lebih ke depan memberikan kenyamanan dengan badan bisa duduk tegak dan tangan berada pada posisi santai yang cocok untuk dipakai perjalanan jauh.
Ketika starter motor ditekan mesin langsung menyala tanpa kesulitan meski di kondisi pagi hari karena Himalayan telah dibekali sistem pengabutan bahan bakar Fuel Injection. Suara mesin agak cempreng dengan khas suara satu silindernya. Terasa getaran mesin sampai ke setang namun getaran itu hilang saat motor mulai berjalan. Tempo merasakan penyaluran tenaga motor ini terasa smooth namun bertenaga berbeda dengan karakter motor trail yang ganas pada putaran bawah. Mesin berkapasitas 411cc ini memiliki tenaga 24,83 hp pada putaran 6000rpm dengan torsi badak 32 NM di putaran mesin 4000 rpm. Namun, jika gas dibetot lebih dalam jangan kaget torsi badaknya akan keluar.
Motor Royan Enfield Himalayan yang dipamerkan dalama acara Gaikindo Indonesia Intenational Auto Show (GIIAS) di ICE BSD, Tangerang, Banten, 12 Agustus 2016. Royal Enfield Himalayan merupakan motor penjelajah yang berdiri di atas rangka half-duplex split cradle dengan racikan ground clearance setinggi 220 mm. TEMPO/Fajar Januarta
Pengendara harus pandai mengambil posisi saat menikung saat mengunakan motor yang dijual dengan banderol Rp 94,5 juta on the road DKI Jakarta ini karena memiliki jarak sumbu roda cukup panjang mencapai 1.465 mm. Ketika mengambil posisi terlalu dalam, maka saat keluar tikungan bisa melebar meski jarak putar stang lebih leluasa dibandingkan motorsport. Beberapa kali, Tempo sempat terjerembab karena melebar saat melewati tikungan. Saat jatuh, motor yang memiliki bobot yang sangat berat dibandingkan motor offroad lain yang pada kisaran 130 kilogram tentu sedikit menyulitkan sehingga perlu bantuan rekan lainnya.
Baca: Inilah Modifikasi Royal Enfield Himalayan ala Rally Dakar: Garang
Melewati gundukan multiple, motor ini cukup nyaman yang disokong dengan suspensi depan teleskopik dengan jarak main cukup panjang mencapai 200 milimeter dan suspensi belakang yang mengandalkan mono shock dengan jarak main 180 militer. Tipikal suspensi Royal Enfield Himalayan sangat cocok untuk berpetualang bahkan melewati medan offroad tak kalah dari trail. Ayunan suspensi memang sedikit keras karena memamg dibuat untuk tetap stabil di jalanan aspal maupun medan berat namun tak sampai membuat handling kerepotan. Jika dibandingkan model trail seperti KLX atau CRF memang sedikit dibawah keduanya yang memang habitatnya di medan offroad.
Selanjutnya: Testimoni dari anggota komunitas