TEMPO.CO, Jakarta - Mitsubishi mengadirkan New Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Car) pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2019 atau GIIAS 2019, di ICE BSD, Tangerang pada 18 Juli 2019. New Outlander PHEV dilengkapi dengan teknologi elektrik yang terintegrasi, teknologi yang digunakan pada kendaraan ini tidak hanya menggunakan elektrik sebagai tenaga utamanya. Hal utama yang menjadi andalan pada teknologi ini yaitu sistem penggerak motor yang berpadu dengan baterai dan mesin yang menjadikan kendaraan ini dapat melaju di kecepatan maksimal.
New Outlander PHEV ini dihadirkan dengan tiga mode berkendara, yakni EV Drive Mode, Series Hybrid Mode dan Parallel Hybrid Mode. Pada mode EV Drive, motor menggerakkan kendaraan dengan tenaga listrik dari baterai yang membuat tidak ada konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 yang membuat kendaraan menjadi senyap, bersih dan bertenaga.
Dengan penggunaan baterai dalam suplai tenaga listrik, ada beberapa yang harus diperhatikan pemilik Mitsubishi Outlander PHEV. Pertama, mobil ini disarankan tidak diparkir di lokasi yang terik atau panas. "Dari MMC disarankan kalau bisa diparkir di tempat yang beratap, bukan karena bahaya tapi menjaga umur baterai," ujar Department Head Technical Service Sales and Marketing Division PT Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia, Budiarto di booth Mitsubishi, Jumat 19 Juli 2019.
Ia menjelaskan saat memarkirkan kendaraan di lokasi yang panas atau terik, suhu udara di kabin bisa lebih panas dibandingkan di luar kabin. Hal ini berpotensi merusak baterai mobil yang posisinya berada di lantai kabin. Apalagi, baterai utama mobil ini harganya cukup mahal dan bisa untuk membeli mobil. "Harganya sekitar Rp 200 juta bahkan bisa lebih," ujarnya.
Budiarto juga menyarankan menghindari melewati genangan air yang terlalu tinggi. Kondisi Jakarta memang rawan genangan air saat musim hujan. "Sebenarnya tidak hanya mobil PHEV yang disarankan tidak melibas banjir. Pabrikan merancang mobil bukan untuk melewati banjir. Kalau terpaksa melewatinya, jangan lebih dari setengah ban," ujarnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan pemilik Mitsubishi Outlander PHEV disarankan tidak terlalu sering menggunakan fitur fast charging. Fast charging, kata dia, memang bisa cepat mengisi baterai hanya 25 menit bandingkan dengan normal charging yang mencapai waktu 7-8 jam. Namun ada kelemahan penggunaan fast charging ini yang membuat baterai cepat panas. "Makin sering fast charging umur baterai lebih pendek. Disarankan normal charging seperti di rumah," ujarnya.
Mitsubishi membekali pemilik Outlander ini dengan sistem pengisian normal. Pemilik mobil bisa memilih lokasi pemasangan sarana pengisian baterai bisa di rumah atau di kantor. "Syaratnya suplai daya listrik 3.600 watt. Itu hanya untuk mobil saja belum yang lain," ucapnya.