Tim itu sempat pulang sebentar ke Indonesia namun mobil ditinggal di India. Setelah mendapati informasi situasi negara itu sudah kondusif, tim pun terbang lagi ke India mengambil mobil dan melanjutkan perjalanannya memasuki Pakistan.
"Alhamudillah akhirnya kami malah disambut pemerintah Pakistan dan di assist sampai perjalanan 1.000 kilometer," ujarnya.
Aminulloh dan timnya dengan sadar, sebelum memasuki wilayah baru mereka akan lebih dulu mencari tahu situasinya apakah aman atau tidak. Jika terpaksa melintasi daerah rawan konflik, tim memetakan rute mana paling aman dilalui.
Misalnya saat hendak melanjutkan perjalanan masuk Pakistan lewat Balochistan, tiga jam sebelumnya terjadi aksi bom bunuh diri di wilayah.
itu dan menewaskan 14 orang. Namun tim tak mundur dan memastikan situasi benar benar aman untuk dilalui.
"Kami tak hanya cari informasi dari media mainstream, itu nggak akan cukup. Kami juga komunikasi dengan banyak sumber yang tahu situasi jalur yang akan dilalui," ujarnya.
Mercedes-Benz W123 280 E 1995 (dikenal sebagai Mercy Tiger) yang digunakan tim Mengembara Lintas Benua Mercedes-Benz Club Banten berkeliling 49 negara. Tempo/Pribadi Wicaksono
Soal kondisi mobil yang digunakan, Aminullah mencontohkan sempat mengalami baut as roda salah satu mobil putus di kedalaman 212 di bawah permukaan laut saat mereka melintasi Norwegia.
"Kami juga sudah siapkan semua spare part untuk berjaga yang kami simpan di rack roof (atas mobil). Cuma kalau pas ada yang rusak seperti di Norwegia itu dan pas tak ada yang jual, kami minta bantuan teman komunitas di Indonesia untuk kirim spare part," ujarnya.
Selama setahun lebih perjalanan, Amiulloh bersyukur kerusakan yang masalah mobil yang dialami hanya persoalan sepele, bukan sektor berat seperti mesin. Seperti karet sil kaki kaki yang bermasalah, baut as roda, dan spare part lain yang kecil kecil.
Selanjutnya, drama di medan berat...