TEMPO.CO, Jakarta - Founder Komunitas JB74 ID Julian Johan menjelaskan alasan mengapa harga mobil Suzuki Jimny meroket. Menurutnya naiknya harga disebabkan oleh permintaan dan stok yang tidak sebanding.
“Menurut saya sih karena stoknya terbatas, sementara yang menginginkan banyak,” ujar pria yang biasa disapa Jeje ini saat dihubungi, Jumat, 8 Januari 2021.
Berdasarkan situs resmi PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), harga Jimny generasi terbaru per Januari 2021 naik signifikan. Tipe termurah (MT Single Tone) dibanderol Rp 395,5 juta, AT (Single Tone) Rp 408 juta, MT (Two Tone) Rp 398,5 juta, dan AT (Two Tone) Rp 411 juta.
Jika dibandingkan dengan harga saat diluncurkan pada pameran otomotif GIIAS 2019 perbedaan cukup jauh. Detailnya adalah Rp 315,5 juta (MT Single Tone), Rp 328 juta (AT Single Tone), Rp 317,5 juta (MT Two Tone), dan Rp 330 juta (AT Two Tone).
Suzuki Jimny resmi diluncurkan untuk pasar Indonesia di GIIAS 2019. 18 Juli 2019. TEMPO/Wawan Priyanto
Jeje melanjutkan bahwa stok dari Jepang untuk masuk ke Indonesia per bulannya sedikit. “Jadinya numpuk orang waiting list,” kata Jeje menambahkan.
Selain itu, Jeje berujar, banyak orang juga yang ingin menjual dengan harga yang lumayan tinggi. Hal ini, menurutnya, membuat harga pasarannya juga jadi ikut mahal.
Dia memperjelas juga bahwa Suzuki Jimny mahal itu karena kelangkaannya dan susah mendapatkannya. “Padahal kalau kita lihat secara fiturnya sih sangat biasa saja. Ya orang beli segitu (Rp 400 jutaan) bukan beli fitur dan rasa sih, tapi lebih ke-ngebeli status dan kebanggaan saja sih, itu kurang lebih,” tutur Jeje menambahkan.
Sementara alasan lain naiknya harga mobil berkemampuan off-road itu diungkap oleh Direktur Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales Donny Saputra. Menurut Donny, penyesuaian harga Jimny disebabkan karena beberapa faktor.
“Satu di antaranya adalah penyesuaian dengan kenaikan NJKB untuk BBN model VIN 2021. Juga sudah disesuaikan regulasi baru berkaitan dengan alat pemadam kebakaran," kata Donny saat dihubungi Kamis, 7 Januari 2021.