Mahardian menjelaskan bahwa HEARTECT merupakan platform generasi terbaru dari Suzuki yang mengedepankan bobot ringan dari sebuah kendaraan. Bobot ringan ini berkontribusi pada peningkatan kinerja saat berkendara namun tetap mengutamakan keselamatan dan kenyamanan kendaraan.
Bobot kendaraan yang dirancang lebih ringan diklaim dapat mengurangi beban mesin, sasis, suspensi dan komponen lainnya. Hal ini menciptakan efisiensi bahan bakar yang lebih baik serta peningkatan kinerja saat dikemudikan, menikung lebih stabil, maupun kemampuan berhenti dengan jarak yang lebih pendek. Suzuki mengklaim, setiap pengurangan 100kg bobot kendaraan berkontribusi terhadap peningkatan efisiensi bahan bakar sekitar 5-6 persen.
Melalui HEARTECT, Suzuki melakukan perubahan pada struktur sasis yang lebih ringan, rigid dan keamanan yang lebih baik jika terjadi benturan.
Platform HEARTECT lebih rigid 10 persen. Bobot kendaraan secara keseluruhan lebih ringan hingga 15 persen, sehingga peningkatan performa dapat terwujud secara optimal. Dengan platform generasi baru ini, Suzuki terus menawarkan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, aman dan nyaman.
Mesin New Suzuki Ertiga Diesel Hybrid. TEMPO/Wawan Priyanto
Sementara itu, Inovasi SHVS dibangun dengan kombinasi perangkat ISG atau Integrated Starter Generator serta Lithium-Ion Battery. Kombinasi kedua perangkat ini membuat pengalaman berkendara menjadi jauh lebih baik, kinerja bahan bakar yang efisien, ringan, dan compact, sehingga sistem SHVS ini ideal untuk compact car. Teknologi seperti ini dikenal juga sebagai Mild Hybrid. Suzuki Indonesia pernah memboyong teknologi ini melalui Ertiga Diesel Hybrid pada Februari 2017.
“Kami menghadirkan sistem ini melalui riset panjang yang sesuai dengan kebutuhan dan output yang diinginkan masyarakat. Kami sangat berharap melalui riset-riset berikutnya sistem SHVS ini dapat diterapkan untuk kendaraan-kendaraan Suzuki, khususnya yang ada di Indonesia, sebagai komitmen kami memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen Suzuki,” tutur Mahardian.