TEMPO.CO, Jakarta - Konvoi motor gede termasuk Harley-Davidson di jalanan kerap dicap miring oleh masyarakat karena seolah menguasai jalanan dan mendapat perlakuan istimewa dengan adanya kawalan polisi. Komunitas Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI) Yogyakarta tak menampik masih melekatnya stigma itu dan berupaya memupusnya.
“Kalau di Yogya sudah jelas, tempatnya nggak bisa dipakai untuk berkendara ugal ugalan, harus menyesuaikanlah dengan masyarakatnya,” ujar salah satu pegiat HDCI Yogyakarta, Pungky Wahyu Pamungkas berbagi pengalamannya di sela riding persahabatan yang digelar HDCI Yogya Minggu 19 Januari 2020.
Pungky menuturkan ada banyak cara yang diterapkan komunitas HDCI agar perjalanan seperti touring tetap aman, nyaman dan menghargai pengguna jalan lain. Ia mengingatkan kembali pada kejadian 2015 silam ketika ada kasus penghadangan konvoi moge dari pengendara luar Yogya oleh pesepeda di sela pelaksanaan Jogja Bike Rendezvous atau JBR. Konvoi tersebut saat itu diketahui melanggar lalu lintas yang ada sehingga memicu kemarahan seorang aktivis yang kemudian menghadang rombongan itu dan viral.
Pungky mengungkapkan Yogya yang jalanannya rata-rata berukuran kecil dan padat dengan aneka moda transportasi, untuk konvoi tak bisa dilakukan dengan formasi melebar karena akan menguasai jalanan. “Yang bisa dilakukan saat berkendara di Yogya dengan formasi sejajar-zig zag ke barisan belakangnya karena kalau moge nggak bisa ngerem mendadak, apalagi Harley motornya berat,” ujarnya.
Selain itu, ujar pria yang tengah mengerjakan kuston Harley Davodson Shovelhead 1979 itu, agar tak menguasai jalan sepenuhnya, dalam konvoi pengaturan jarak antar kendaraan juga penting diperhatikan pengendara.
“Setidaknya satu kendaraan dengan kendaraan lainnya diatur jaraknya tiga meter, agar aman,” ujar Pungky yang mengendarai Harley Davidson Bad Boy 1997.
Menurut Pungky, motor gede seperti Harley memang dalam penggunaannya biasanya butuh kestabilan tersendiri dalam hal menjaga kecepatan seperti saat situasi jalan crowded agar mesin tak cepat overhead. “Kecepatan yang dijaga biasanya rata-rata 60 kilometer perjam,” ujarnya.
Terlebih, ujar Pungky, untuk motor-motor Harley Davidson keluaran baru saat kondisi mesin terlampau panas mesin akan langsung mati.Berbeda dengan seri klasik yang menurutnya lebih mudah diakali agar tak menemui masalah.
Ketua Ikatan Sport Harley-Davidson (ISHD) Yogyakarta Suci Teguh menuturkan, memupus sikap tak arogan dijalanan muncul ketika pengendara punya pemikiran bahwa menggunakan motor gede bukan untuk gaya hidup. Tapi sebagai hobi.
“Kalau moge dilihat sebagai hobi, dia akan menghormati yang lain, tak akan sok-sokan merasa paling wah dengan motornya,” ujar Suci.